Ayah tiri yang suka menumpang dan putrinya yang berbakti. "Sekarang aku bisa menikmati makanan lezat," kata ayah tiriku, sambil dengan hati-hati memasukkan amplop itu ke sakunya dan tertawa. Seorang pria paruh baya dengan tatapan curiga menungguku di kamar hotel tempatku menginap. "Kalau kau bertahan beberapa jam saja, kau akan dapat banyak imbalan. Pekerjaan paruh waktu yang menyenangkan, ya?" Ayah tiriku, yang tidak bekerja dan menghabiskan seluruh waktunya berjudi, tidak punya daya persuasif, tetapi ketika aku memikirkan keluargaku, aku tak bisa memikirkan solusi yang lebih baik. Beberapa kali sebulan, aku dan adikku bergantian dipeluk oleh orang asing. Aku tidak merasakan apa-apa; begitu aku ejakulasi, semuanya berakhir. Aku pulang saja, mandi, dan melupakan segalanya. Aku sudah menyerah dan menerima kenyataan ini. Tapi hari ini, sekali ini saja, aku tak mau. Seorang cowok sekelasku, yang selalu kutaksir, mengajakku berkencan. Aku ingin kembali ke masa mudaku dan menikmati romansa yang manis. "Aku ingin pulang cepat hari ini," pintaku putus asa. Pria itu tertawa, "Tidak, aku akan berhubungan seks sampai puas," lalu berbaring di atasku. Napasnya berbau seperti air got. Ketika gadis itu, yang telah mengorbankan hatinya demi keluarganya dan hanya pasrah pada waktu, menyerah pada serangan gencar pria itu, ia terkesiap dan menangis tersedu-sedu. Ini adalah kisah tentang seorang gadis menyedihkan yang diperalat oleh orang dewasa yang keji.