Baru saja pindah sekolah, saya khawatir putra tunggal saya, Satoshi, akan beradaptasi dengan sekolah barunya. Firasat buruk saya ternyata benar ketika saya menyaksikan Satoshi dirundung oleh beberapa teman sekelas yang nakal. Saya segera melaporkan kejadian itu ke pihak sekolah dan merasa lega ketika ia diskors. Namun, teman-teman sekelas yang menyimpan dendam justru menyerang saya sebagai target perundungan berikutnya. Berkali-kali saya meminta maaf, saya tak pernah dimaafkan, dan sejak saat itu, saya terus-menerus diperkosa beramai-ramai.