Saya dan saudara laki-laki saya yang bukan saudara kandung hidup bahagia bersama, meskipun didesak untuk membayar utang orang tua kami. Namun, karena pemberlakuan "Rancangan Undang-Undang Promosi Pembuatan Anak" oleh pemerintah, saudara tiri saya, Mei, memutuskan untuk mendaftarkan pernikahannya kepada presiden perusahaan saya. Di hari pernikahan, ia bersumpah untuk berhubungan seks demi memiliki bayi sambil tetap mengenakan gaun pengantin putih bersihnya. Meskipun ia menolak, ia tetap menyemprotkannya mentah-mentah. Ia memaksanya untuk melakukan titjob dengan payudaranya yang besar dan lembut. Ia melakukan deep throat, membuatnya meneteskan air liur dan berlinang air mata. Ia jatuh ke dalam kehidupan di mana air mani ayahnya dituangkan ke dalam dirinya berulang-ulang hingga ia hamil. Kini, sebagai perempuan yang tak bisa hidup tanpa penis, Mei kejang-kejang dalam orgasme yang muncrat, menggoyangkan pinggulnya dan menjadi liar, sambil berteriak, "Masuk lebih dalam! Lagi!" Adik perempuan yang kucintai telah tiada.